SINJAI, Beritabenua - Penolakan terhadap rencana pembukaan aktivitas pertambangan di Kabupaten Sinjai semakin menguat. Isyal Aprisal, Jenderal Lapangan Aliansi Mahasiswa, Pemuda, dan Rakyat (AMPERA) Sinjai, kembali mengeluarkan pernyataan tegas menolak masuknya investasi tambang di daerah yang dikenal sebagai Bumi Panrita Kitta itu.
Isyal menilai rencana pertambangan tersebut berpotensi mengancam ruang hidup masyarakat. Ia menegaskan, kebijakan yang dinilai membuka jalan bagi kerusakan ekologis akan berhadapan langsung dengan kekuatan rakyat Sinjai.
Fidiawati Jufri Harumkan Nama Takalar, Raih Juara II Wedding Showcase 2025 Makassar
Arrang Saz • sekitar 4 jam lalu
Berita Terkini
Kuota Haji Sinjai Menurun di Tahun 2026, SINJAI GERAM Datangi DPRD
BeritaBenua.com • 1 hari lalu
Berita Terkini
“Jika tambang dipaksakan masuk, bersiaplah melihat masyarakat Sinjai mengungsi dari kampungnya sendiri. Bukan kesejahteraan yang datang, tetapi bencana ekologis dan sosial. Tidak ada satu pun tambang selama ini yang menghadirkan kemakmuran; yang ada hanya meninggalkan jejak luka terhadap alam dan penderitaan bagi rakyat,” ujarnya.
Ia menyoroti pola kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai daerah akibat pertambangan, mulai dari hutan gundul, tanah retak, sungai tercemar, hingga meningkatnya risiko banjir. Hal itu menjadi dasar bagi AMPERA Sinjai untuk menolak segala bentuk eksploitasi yang dianggap mengabaikan keselamatan ekologis.
Presma UIAD Sinjai Bicara di DPD RI: Soroti Jalan Rusak, Tambang Ilegal, dan DPRD yang Tak Responsif
Arrang Saz • 1 hari lalu
Berita Terkini
Gerakan Ayah Teladan Indonesia: DPPKB Makassar Dorong Ayah Jadi Teladan Bagi Keluarga
BeritaBenua.com • 2 hari lalu
Berita Terkini
Isyal juga mengkritisi minimnya transparansi pemerintah terkait rencana pertambangan tersebut. Ia mempertanyakan kejelasan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), proses sosialisasi kepada masyarakat, serta motif pihak-pihak tertentu yang dinilai ingin membuka ruang bagi perusahaan tambang tanpa mempertimbangkan risiko jangka panjang.
“Sinjai bukan untuk diperjualbelikan. Pemerintah daerah seharusnya berdiri di sisi rakyat, bukan menjadi pintu masuk bagi kerusakan yang hanya menguntungkan segelintir elite. AMPERA Sinjai tidak akan tinggal diam. Kami siap mengonsolidasikan rakyat, mahasiswa, dan seluruh elemen sipil untuk turun ke lapangan menolak kebijakan yang menghancurkan masa depan daerah ini,” tegasnya.
AMPERA Sinjai menegaskan bahwa keselamatan ruang hidup jauh lebih penting dibanding keuntungan jangka pendek yang dijanjikan investasi tambang. Menurut mereka, Bumi Panrita Kitta dengan kekayaan alam, budaya, dan sejarahnya harus dijaga sebagai wilayah berkelanjutan, bukan dijadikan ladang eksploitasi.
“Kami tidak ingin Sinjai menjadi daerah yang menyisakan kenangan pahit. Alam yang rusak tidak akan kembali, air yang tercemar tidak mudah dipulihkan, dan masyarakat yang kehilangan tanahnya tidak akan pernah mendapatkan pengganti yang sepadan,” tutup Isyal.





