Makassar, Beritabenua — Pengurus Daerah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Kota Makassar menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Menjaga Stabilitas Nasional Menuju Indonesia Emas 2045 dengan Mengedepankan Kearifan Lokal” pada Rabu, 06 Agustus 2025 di Warkop Dose, Jalan Toddopuli Raya, Makassar.
Acara ini menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Ketua KAMMI Kota Makassar, Muhammad Imran, dan Wakil Ketua Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Makassar, M. Syahril Malik Ibrahim. Kegiatan ini turut dihadiri oleh sejumlah elemen mahasiswa, aktivis pemuda, dan perwakilan dari berbagai organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) di Kota Makassar.
Diskusi berlangsung dalam suasana terbuka dan penuh semangat, membahas bagaimana peran strategis pemuda dapat diarahkan untuk memperkuat fondasi sosial dan politik bangsa dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Salah satu pokok penting yang mengemuka dalam diskusi adalah urgensi keterlibatan aktif OKP dalam meredam bentrokan antar pemuda yang belakangan kerap terjadi di sejumlah wilayah di Makassar.
Muhammad Imran menyampaikan bahwa stabilitas nasional tidak bisa dilepaskan dari stabilitas di tingkat lokal, termasuk situasi keamanan antar kelompok pemuda. Menurutnya, bentrokan yang terjadi kerap dipicu oleh hal-hal sepele, namun berdampak besar terhadap citra pemuda dan ketenteraman sosial.
“Kita perlu menyadari bahwa bentrokan-bentrokan antar pemuda maupun ketegangan politik di daerah bisa menjadi ancaman serius bagi masa depan bangsa. OKP harus hadir sebagai agen perdamaian, bukan bagian dari masalah,” ungkap Imran.
Senada dengan itu, Syahril menekankan bahwa peran pemuda harus diarahkan untuk meredam konflik, bukan terjebak dalam polarisasi. Ia mengajak seluruh OKP untuk memperkuat komunikasi, membangun jejaring lintas organisasi, serta menjadikan ruang-ruang diskusi sebagai sarana membangun kesadaran bersama.
“Perpecahan antar pemuda adalah kemunduran. Kalau kita tidak bersatu di tingkat lokal, bagaimana bisa kita bicara soal masa depan Indonesia yang besar? Kearifan lokal harus dijadikan landasan dalam menyelesaikan konflik. Bicaralah, bukan bertikai,” ujarnya tegas.
Para peserta FGD juga menyoroti pentingnya pendidikan politik yang sehat bagi kalangan pemuda. Dinamika politik lokal yang kerap menyeret pemuda dalam konflik, terutama menjelang momentum elektoral, dinilai berbahaya jika tidak diimbangi dengan kedewasaan dan literasi politik yang baik.
Dalam sesi tanya jawab, beberapa perwakilan organisasi pemuda menegaskan komitmennya untuk bersinergi menciptakan ruang damai dan memperkuat solidaritas antar kelompok. Mereka juga mengusulkan agar ke depan FGD seperti ini dapat diperluas cakupannya hingga ke tingkat kelurahan dan kecamatan.
Salah satu poin penting yang juga disepakati dalam diskusi ini adalah dukungan penuh terhadap aparat Kepolisian Republik Indonesia (Polri), khususnya Polda Sulawesi Selatan, dalam menjaga stabilitas dan keamanan di tengah masyarakat. Para peserta menilai bahwa Polri memainkan peran sentral dalam menciptakan situasi kondusif yang menjadi fondasi penting bagi pembangunan nasional.
“Kami mengapresiasi langkah-langkah kepolisian dalam merespons konflik pemuda serta menjaga ketertiban umum. Kolaborasi antara pemuda dan aparat keamanan harus diperkuat agar stabilitas tidak hanya menjadi slogan, tetapi nyata dirasakan masyarakat,” ujar salah satu peserta FGD.
Diskusi ditutup dengan pernyataan bersama bahwa seluruh elemen OKP harus memainkan peran sebagai jembatan rekonsiliasi, bukan pemicu konflik. Dengan mengedepankan kearifan lokal, seperti budaya sipakatau, sipakainge, dan sipakalebbi, generasi muda di Makassar diharapkan mampu menjadi garda terdepan dalam menciptakan iklim sosial dan politik yang damai, produktif, dan konstruktif.
“Tidak ada masa depan tanpa stabilitas. Tidak ada stabilitas tanpa keterlibatan semua pihak, khususnya pemuda. Mari kita sudahi konflik, kita mulai gerakan bersama menuju Indonesia yang lebih bermartabat,” pungkas Muhammad Imran menutup kegiatan.
FGD ini menjadi salah satu langkah konkret KAMMI Kota Makassar dalam membangun ruang dialog produktif antar elemen pemuda. Dengan semangat kolaborasi dan dukungan terhadap institusi-institusi negara seperti Polri, mereka berkomitmen menjadi bagian dari solusi atas persoalan-persoalan kebangsaan menuju 100 tahun Indonesia merdeka.