JAKARTA, Beritabenua-- Halaman kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI tampak lebih hidup dari biasanya. Spanduk besar bertuliskan Gebyar Academia, Business,Government (ABG) Collaboration membentang di dinding kaca lobi. Dari kejauhan, antrean tamu, rektor, pengusaha, akademisi, periset, serta pelaku industri kesehatan mengalir seperti arus yang diarahkan menuju satu poros: Taruna Ikrar, Kepala BPOM yang kini menjadi salah satu figur yang mendorong ekosistem inovasi kesehatan nasional khususnya pengawasan obat dan makanan.
Acara ini digelar untuk memperingati satu tahun Asta Cita pemerintahan presiden Prabowo–Gibran.Pecagkan Rekor Prestasi Indonesia Dunia Pelopor akademia , bisnis dan goverment colaboration di Indonesia dengan peserta terbanyak. Gebyar ABG merupakan etalase besar gagasan Taruna Ikrar soal kolaborasi tiga pilar akademisi, dunia usaha, dan pemerintah yang ia sebut sebagai “ABG Concept”. Sebuah formula yang ia dorong sebagai mesin transformasi baru sektor obat dan makanan Indonesia.
Gubernur Ajak KKSS Jadi Garda Terdepan Menjaga Stabilitas Ekonomi dan Kerukunan Antar Etnis Kaltara
BeritaBenua.com • sekitar 7 jam lalu
Berita Terkini
Bekerjasama dengan Perpusnas RI, DPK Kaltara Gelar Sertifikasi Pustakawan Berbasis SKKNI
BeritaBenua.com • sekitar 7 jam lalu
Berita Terkini
“Inisiasi dan kolaborasi merupakan kunci kemajuan di era kita sekarang,” ujar Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, membuka acara secara daring. Ada penekanan di suaranya: bahwa BPOM kini, selain regulator pengawasan obat dan makanan, juga telah menjadi generator ekosistem inovasi.
Taruna Ikrar membalas sambutannya dengan kalimat pendek namun tegas.
Dari Makassar untuk Lansia: DPPKB Mantapkan Sinergi Jelang Senam Sehat 2025
BeritaBenua.com • 1 hari lalu
Berita Terkini
AMPERA Sinjai Peringatkan Keras Rencana Pertambangan: “Bumi Panrita Kitta Bukan untuk Dijual”
Arrang Saz • 1 hari lalu
Berita Terkini
“Kami ingin ruang inovasi Indonesia terus tumbuh melalui kontribusi akademisi, dunia usaha, dan pemerintah.” Di wajahnya, terselip keyakinan akan sebuah proyek besar yang belum selesai.
Menggeser Wajah BPOM: Dari Menara Pengawas ke Mitra Inovasi
Di halaman belakang kantor, expo inovasi sedang bersiap dibuka. Deretan stan universitas, startup kesehatan, industri farmasi, hingga UMKM terpasang rapi. Bau alkohol laboratorium bercampur aroma kopi dari barista mahasiswa yang menjadi peserta expo. Semuanya terasa seperti pameran sebuah negara yang tengah menegosiasikan masa depannya.
Di sinilah strategi Taruna Ikrar tampak gamblang. BPOM tidak hanya memeriksa, mengawasi, atau memberi sanksi. Ia ingin lembaga ini menjadi fasilitator, penyambung dunia riset dengan industri, penyatu kampus dengan dunia regulasi.
“Pengawasan dan pengembangan industri obat dan makanan adalah tugas besar yang tidak bisa diemban BPOM sendiri,” ujarnya dalam satu sesi panel.
Konsep ABG yang ia kembangkan menempatkan: Akademisi sebagai mesin riset dan pembentuk SDM unggul, Business sebagai penggerak hilirisasi dan komersialisasi, dan
Government sebagai penjamin keamanan, mutu, dan khasiat sekaligus akselerator kebijakan.
Tantangan yang ingin diserangnya jelas: ketergantungan impor bahan baku obat (BBO) yang mencapai 90 persen. “Riset tidak boleh berhenti di laboratorium. Kita butuh sinergi agar Indonesia mampu mandiri dan melahirkan produk inovatif sendiri,” tegas Taruna.
MoU, Expo, dan Lalu Lintas Ide yang Mengalir
Di tengah acara, puluhan pejabat rektor ,dekan kampus dan pimpinan industri ada 6 negara yakni india, cina , korea selatan, malaysia , singapore, indonesia antre menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan BPOM. Kegiatan ditandai pembukaan expo inovasi oleh Taruna Ikrar bersama sejumlah tokoh, termasuk: YM Tengku Dato’ Dr. Hishammudin Zaizi Bin Y.A.M. Tengku Bendahara Azman Shah Al-Haj (CEO Ikhasas Group Malaysia), Rektor UGM, UNAIR, dan USK, Prof. Harun Joko Prayitno (Rektor UMS), Dymitro Baskakov dari Age Management Alliance, Amerika Serikat.
Di panggung utama, panel diskusi mengalir seperti simfoni. Para pembicara mengurai soal ATMP (Advanced Therapy Medicinal Products), peluang investasi, dan masa depan bioteknologi Indonesia. Diskusi paling ramai terjadi saat sesi yang dimoderatori Stafsus BPOM, dr. Wachyudi Muchsin, yang mempertemukan industri dengan peneliti dalam forum lisensi riset.
Rencananya, besok, Minggu 16 November 2025, business matching dimulai. Halaman BPOM berubah menjadi arena negosiasi. Ada 10 booth dari Korea selatan, cina , Malaysia, India, Singapura, dan Indonesia. Dua puluh perguruan tinggi nasional hadir menawarkan riset mereka. Sementara di sisi lain, UMKM bergerak mengisi ruang promosi produk mereka.
Kegiatan ini ditutup dengan peluncuran buku-buku inovasi, kompetisi inovasi produk, seminar internasional, zumba, donor darah,vaksin hepatitis A gratis hingga hiburan musik oleh Iis Dahlia dan Ferry Curtis. Semua itu melengkapi nuansa Merdeka Belajar Versi Regulator.
ABG: Jalan Panjang Menuju Kemandirian Riset dan Obat Nasional
Dalam beberapa tahun terakhir, Taruna Ikrar menyadari bahwa Indonesia tertinggal dalam pengembangan produk-produk medis berbasis terapi sel dan terapi gen. Karena itu, ia mendorong regulasi ATMP yang lebih adaptif, agar peneliti dan industri tak lagi terhambat birokrasi.
BPOM, dalam visi Taruna, bukan lembaga yang menjaga pagar tinggi, tapi jembatan yang menghubungkan pengetahuan, industri, dan kebijakan. Ia membawa konsep ini ke forum global dari Amerika Serikat hingga Tiongkok untuk menarik transfer teknologi dan investasi.
Di dalam negeri, ia menjalankan program BPOM Goes to Campus untuk menjemput riset dari kampus. “ABG merupakan poros percepatan untuk melahirkan kebijakan yang ilmiah dan berdaya saing,” cetusnya.
Konsep ini, menurut banyak pengamat, adalah upaya paling konkret BPOM menuju kemandirian obat nasional.
Menanam Pohon, Bersama Hercules dan Iis Dahlia
Di sela padatnya agenda, Taruna Ikrar mengajak artis Iis Dahlia, tokoh masyarakat Hercules, dan Ketua Dharma Wanita BPOM RI Elfi Taruna menanam pohon di halaman belakang kantor. Momen itu sederhana tetapi simbolis: tanaman itu menjadi metafora gagasan besar Taruna.
Bahwa inovasi tidak tumbuh karena pidato atau regulasi semata ia tumbuh karena kolaborasi, perawatan, dan ekosistem yang subur. “Semangat kolaborasi inilah yang ingin terus kami bangun demi kemajuan produk Indonesia,” katanya menutup acara.
Panitia menyebut kegiatan ini sukses dan mendapat respons positif. Mereka berharap Gebyar ABG menjadi agenda tahunan. BPOM di bawah Taruna Ikrar seperti tengah menulis bab baru: bab tentang regulator yang tidak hanya mengawasi masa kini, tetapi sedang menyiapkan masa depan.
Gebyar Academia, Business, Government (ABG) Collaboration yang digelar BPOM RI di bawah kepemimpinan Prof Taruna Ikrar menjadi sorotan nasional, menghadirkan kolaborasi besar akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah dalam mempercepat inovasi obat dan makanan.
Dibuka Wapres Gibran Rakabuming, acara ini memamerkan riset, expo industri, MoU lintas kampus, hingga forum bisnis internasional dari lima negara menandai transformasi BPOM dari regulator menjadi fasilitator inovasi dan poros kemandirian obat Indonesia.





