OPINI, Beritabenua- Lebih dari dua ribu tahun lalu, seorang kaisar muda bernama Qin Shi Huang menorehkan sejarah besar dengan menyatukan berbagai kerajaan yang berserak di Tiongkok kuno menjadi satu peradaban megah. Ia tidak hanya mempersatukan wilayah, tetapi juga menyatukan mimpi dan arah bangsa—meletakkan fondasi kokoh bagi kejayaan Tiongkok.
Dari tangannya lahirlah Tembok Besar Tiongkok, bukan sekadar tembok batu, melainkan monumen keteguhan, strategi, dan visi jangka panjang tentang perlindungan serta kedaulatan bangsa.
Pembangunan Tembok Besar Tiongkok berlangsung lintas generasi, dari Dinasti Qin, Han, hingga Ming. Setiap generasi tidak memulai dari nol, tetapi melanjutkan estafet peradaban dengan tekad dan inovasi baru. Inilah yang menjadikan Tembok Besar simbol kesinambungan, ketekunan, dan semangat kolektif bangsa yang memahami makna legacy.
Indonesia, dengan sejarah panjang dan kekayaan budayanya, sesungguhnya memiliki “Tembok Besar”-nya sendiri—bukan dari batu, melainkan dari ide, nilai, dan semangat gotong royong. Setiap era kepemimpinan menorehkan batu bata peradaban: dari perjuangan kemerdekaan, pembangunan nasional, hingga era digital dan kemandirian sains saat ini.

Kemerdekaan ke-80 RI: Persatuan Harus Lahir dari Kepastian dan Keadilan di Daerah
BeritaBenua.com • 3 bulan lalu
Opini
Seperti halnya Tembok Besar Tiongkok, bangsa besar tidak dibangun dalam satu masa atau oleh satu tokoh, melainkan oleh kesinambungan visi antargenerasi. Tugas utama kita adalah menjaga arah pembangunan agar tidak terputus, tetapi terus menanjak—menjulang dalam ilmu, membumi dalam moral, dan mengakar dalam budaya.
Dalam konteks Indonesia modern, Presiden Prabowo Subianto melanjutkan semangat estafet peradaban tersebut melalui visi besar Indonesia Emas 2045. Di tengah perubahan global yang cepat, beliau meneguhkan arah kebijakan untuk melanjutkan pembangunan strategis seperti Ibu Kota Nusantara (IKN), kemandirian pangan dan energi, serta transformasi sains dan teknologi nasional.
Seperti halnya Tembok Besar yang menjadi benteng sekaligus simbol kemajuan, Prabowo berupaya meletakkan fondasi ketahanan nasional berbasis kemandirian, serta membangun sumber daya manusia unggul yang siap menghadapi tantangan global. Kepemimpinan beliau merupakan kelanjutan dari apa yang telah dirintis generasi sebelumnya, sambil menyiapkan generasi penerus untuk melanjutkan tongkat estafet menuju kejayaan Indonesia.
Sebagai lembaga yang mengawal keamanan dan mutu obat serta pangan, BPOM RI turut menjadi bagian dari “tembok” perlindungan bangsa. Melalui kebijakan yang adaptif, berbasis sains, dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, BPOM berperan sebagai penjaga kualitas kehidupan dan katalis inovasi nasional.
Spirit yang sama—dari Tembok Besar Tiongkok hingga Indonesia Emas 2045—adalah keteguhan membangun sistem yang melampaui waktu, memastikan generasi mendatang menikmati hasil dari kerja keras hari ini. Seperti batu demi batu di Tembok Besar, kebijakan dan inovasi masa kini akan menjadi pijakan bagi masa depan bangsa.
Tembok Besar Tiongkok mengajarkan bahwa kejayaan tidak lahir dari kekuatan semata, melainkan dari kesinambungan visi dan kesatuan tekad. Demikian pula Indonesia hari ini, berada di era penting untuk menenun kembali jati diri dan arah peradaban melalui kolaborasi lintas sektor—akademisi, bisnis, dan pemerintah (ABG synergy).
Dalam tangan pemimpin yang visioner dan bangsa yang bersatu, spirit Qin Shi Huang menemukan gaungnya di Nusantara: membangun bukan untuk satu masa, tetapi untuk selamanya. Dari semangat itulah, Prabowo Subianto menyalakan obor estafet peradaban menuju Indonesia Emas 2045—bangsa yang kuat, berdaulat, dan berkeadaban tinggi di panggung dunia.
Oleh: Taruna Ikrar (Kepala BPOM RI)







