PEKANBARU, Beritabenua--Di tengah gerimis sore yang membasahi Kota Bertuah, ribuan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dari seluruh Nusantara mulai berdatangan ke Pekanbaru.
Mereka membawa serta harapan, aspirasi, dan mimpi-mimpi besar tentang masa depan organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia.
Kongres XXXIV HMI yang mengusung tema "Implementasi Ulul Albab untuk HMI Menyejarah" bukan sekadar perhelatan rutin lima tahunan, melainkan titik balik sejarah yang menentukan arah pergerakan HMI di era yang penuh gejolak ini.
Atmosfer politik internal HMI menjelang kongres terasa begitu dinamis. Di berbagai sudut kota Pekanbaru, dari hotel berbintang hingga rumah makan sederhana, diskusi-diskusi serius tentang calon pemimpin masa depan berlangsung dengan intensitas tinggi.
Para kader senior dan yunior terlibat dalam perdebatan yang constructive namun penuh gairah, membahas visi-misi para calon yang telah mencuat ke permukaan.
Tiga nama besar telah mengkristal sebagai kontestan utama dalam bursa pencalonan Ketua Umum Pengurus Besar HMI periode 2025-2027.
Pertama, sang Jenderal yang kembali mencoba peruntungan untuk ketiga kalinya dengan pengalaman dan jaringan yang telah teruji.
Kedua, putra dari tokoh senior HMI Makassar yang mendapat dukungan kuat dari kalangan pemodal besar di lingkungan HMI. Ketiga, mantan Jenderal yang memasuki arena kontestasi dengan sokongan penuh dari kekuatan penguasa HMI yang akan segera berakhir masa jabatannya.
Yang menarik dari dinamika pencalonan kali ini adalah munculnya generasi baru pemimpin HMI yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang tantangan zaman.
Muh.Ahyar dari cabang Mamuju yang kebetulan sekarang menjabat sebagai ketua Badan Koordinasi Sulawesi Selatan dan Barat. Salah satu terbaik yang dimiliki bumi Manakarra Sulawesi Barat, yang mengusung tema "Ulul Albab" yang dipilih sebagai semangat kongres.
Pemilihan tema "Implementasi Ulul Albab untuk HMI Menyejarah" bukanlah keputusan sembarangan. Ulul Albab, dalam tradisi Al-Qur'an, merujuk pada sosok yang memiliki keseimbangan antara kecerdasan rasional dan kebijaksanaan spiritual.
Mereka adalah orang-orang yang mampu melihat tanda-tanda kebesaran Allah dalam fenomena alam dan sosial, kemudian mentransformasikannya menjadi aksi nyata untuk kemaslahatan umat.
Dalam konteks HMI kontemporer, konsep Ulul Albab menjadi jawaban atas krisis kepemimpinan yang melanda berbagai lini kehidupan bangsa. HMI, sebagai organisasi yang telah melahirkan ribuan pemimpin nasional, dituntut untuk kembali memproduksi kader-kader yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas moral dan komitmen kebangsaan yang tinggi.
Para calon pemimpin HMI periode mendatang menyadari betul bahwa mereka tidak hanya akan memimpin organisasi mahasiswa biasa, melainkan sebuah institusi yang memiliki tanggung jawab sejarah untuk melahirkan generasi Ulul Albab Indonesia. Visi-misi yang mereka tawarkan pun mencerminkan pemahaman mendalam tentang kompleksitas tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia di abad ke-21.
Dari perspektif sosiologi organisasi, pencalonan dalam Kongres XXXIV HMI menunjukkan gejala demokratisasi internal yang semakin matang. Berbeda dengan kongres-kongres sebelumnya yang cenderung didominasi oleh elit senior, kali ini terlihat partisipasi aktif generasi muda yang membawa perspektif segar dan berani mengajukan alternatif kepemimpinan.
Peta kekuatan dalam pencalonan menunjukkan adanya tiga kutub utama. Kutub pertama adalah kelompok yang menekankan modernisasi dan profesionalisme organisasi. Mereka mengusung visi HMI sebagai think tank yang mampu memberikan kontribusi nyata dalam perumusan kebijakan publik. Kutub kedua adalah kelompok yang fokus pada penguatan gerakan sosial kemasyarakatan, dengan menekankan peran HMI sebagai agent of change di tingkat grassroot. Kutub ketiga adalah kelompok yang memprioritaskan konsolidasi internal dan penguatan sistem kaderisasi.
Yang menarik adalah bahwa ketiga kutub ini tidak bersifat antagonistik, melainkan saling melengkapi dalam kerangka visi besar HMI Menyejarah. Dialog-dialog yang berlangsung menjelang kongres menunjukkan kematangan politik internal HMI yang mampu mengelola perbedaan pendapat menjadi kekuatan sinergis.
Frasa "HMI Menyejarah" dalam tema kongres memiliki makna ganda yang profound. Secara literal, ia berarti HMI yang mencatat atau menulis sejarah. Secara filosofis, ia merujuk pada HMI yang membuat sejarah baru dalam pergerakan mahasiswa Islam Indonesia.
Kepemimpinan HMI periode 2025-2027 diharapkan mampu mewujudkan kedua makna tersebut. Mereka harus mampu mendokumentasikan dan melestarikan sejarah perjuangan HMI, sekaligus menciptakan bab-bab baru yang lebih gemilang dalam sejarah organisasi.
Proyeksi yang paling realistis adalah HMI akan semakin mengukuhkan posisinya sebagai organisasi mahasiswa Islam yang paling berpengaruh di Indonesia. Dengan kepemimpinan yang visioner dan program-program yang inovatif, HMI diharapkan dapat menjadi rujukan bagi gerakan mahasiswa Islam di kawasan Asia Tenggara, bahkan dunia.
Namun, proyeksi ini hanya akan terwujud jika kepemimpinan yang terpilih benar-benar mampu mengimplementasikan konsep Ulul Albab dalam setiap aspek kepemimpinannya. Mereka harus mampu menjadi teladan dalam integritas, inovasi dalam berorganisasi, dan konsistensi dalam memperjuangkan nilai-nilai kebenaran.
EPILOG:HMI MENYEJARAH, Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat Pekanbaru, ribuan kader HMI berkumpul dalam shalat maghrib berjamaah. Di dalam doa-doa mereka terpanjat harapan yang sama: semoga Allah SWT memberikan petunjuk dan berkah bagi kongres yang akan segera dimulai.
Kongres XXXIV HMI bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi tentang memilih masa depan. Bukan hanya tentang organisasi, tetapi tentang bangsa. Bukan hanya tentang dunia, tetapi juga tentang akhirat.
Keputusan yang akan diambil dalam kongres ini akan bergema tidak hanya di auditorium tempat berlangsungnya acara, tetapi juga di setiap sudut tanah air tempat alumni HMI berkiprah. Mereka adalah menteri, bupati, rektor, hakim, pengusaha, dai, dan profesi lainnya yang menanti arah baru dari almamater tercinta.
"Allahumm aslih li dini alladhi huwa 'ismatu amri" - Ya Allah, perbaikilah agamaku yang menjadi benteng urusanku. Inilah doa yang terus bergema di hati setiap kader HMI menjelang detik-detik bersejarah dimulainya Kongres XXXIV.
Sejarah akan mencatat bahwa Pekanbaru, 25 Mei 2025, adalah hari dimulainya babak baru perjalanan HMI menuju kejayaan yang sesungguhnya. Hari dimulainya implementasi Ulul Albab untuk HMI yang benar-benar menyejarah.